Sekali lagi kita masih bisa mengucap rasa syukur kepada Allah SWT kalau gempa bumi kemaren hanya mengakibatkan tsunami kecil. Gelombong air laut hanya sekitar 60-80cm saja. Namun, kita harus tetap waspada dan selalu siaga karena kita pahami bersama kalo Negara kita ini memang rawan bencana.
Sejak terjadinya gempa pada tanggal 11 April 2012 kemaren tepatnya jam 15.38 WIB, aku langsung memonitor perkembangan info ini di salah satu TV swasta. Sekitar 15 menit kemudia keluar beritanya. Cukup cepat juga informasinya tersebar dan ini menjadi salah satu kekuatan sebagai Early Warning System (EWS).
Kebanggaanku tiba-tiba hilang begitu saja setelah segmen demi segmen berita yang ditampilkan sangat mengecewakan aku. Bagaimana tidak, semua TV mempertontonkan dengan vulgar kepanikan warga, isak tangis seorang Ibu bersama anak-anaknya dengan long shoot pulak tuh. Tapi aku masih positif thinking untuk terus mengikuti perkembangan berita gempa tersebut dengan harapan bisa melihat berita yang menggambarkan bagaimana kekompakan dan kesiapsiagaan masyarakat sebagai nilai-nilai positif yang dapat menumbuhkan rasa optimisme dan semangat untuk terus survive. Dengan kata lain ada nilai-nilai dan semangat RESILIENSI yang bisa aku jadikan refleksi dan lesson learnt.
Peristiwa gempa bumi kemaren secara sadar menjadi bahan refleksi dan intropeksi bagi kita semua tentang apa yang telah kita lakukan selama ini sebagai elemen bangsa dan masyarakat untuk bisa secara konsisten menumbuhkan budaya siapa siaga.
Dalam konteks ini, peran media menjadi sangat strategis untuk mensukseskan tujuan ini karena sifat jangkuan pemirsanya yang massive. Apa yang terjadi saat ini, mengingatkan aku kembali di tahun 2005-2006 dimana kawan –kawan di program Child Protection Aceh melakukan pelatihan dan workshop bagi para jurnalis tentang kode etik peliputan dan pemberitaan tentang isu anak. Karena pada saat itu banyak sekali pemberitaan yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip Konvensi Hak Anak yaitu kepentingan terbaik untuk anak, non diskriminasi, kelangsungan hidup dan perkembangan, penghargaan terhadap partisipasi anan.
Terus apakah media akan peduli dengan semua ini?bukankah berita yang dimuat juga sangat tergantung dengan kepentingan pemilik modalnya?
Pertanyaan di atas cukup sederhana dan jawabannya bisa kita liat prakteknya di masyarakat. Padahal ada berita yang sangat bagus dalam konteks ini seperti relawan yang membantu mengurai kemacetan pada saat warga sibuk menuju ke wilayah aman.
“Fahmi Yunus iya. padahal kalo media jeli, menarik sekali apa yg dilakukan oleh relawan yg membantu lalulintas yg macet”
Tapi, kenapa situasi ini luput dari pemberitaan?? Ya..,mungkin saja dari segi berita tidak cukup seksi untuk menarik pundi-pundi iklan/rating….atau mereka tidak cukup SDM untuk meliput berita ini.
Diskusi ini menjadi menarik tatkala seorang sahabat memunculkan ide tentang pentingnya citizen journalism.
“Santri Saja Fahmi Yunus; berita menarik tu bang. ada yang sempat diabadikan..? sepertinya citizen journalism harus dipertimbangkan untuk isu kebencanaan ya.. lebih independent, lebih cepat tersebar kadang2...”
Ya…mungkin citizen journalism menjadi solusi yang tepat sebagai bagian dari jurnalis yang berpihak pada kepentingan masyarakat dan independent yang tidak terkooptasi oleh kepentingan pemilik modal.
“Bambang F. Wibowo Ide yg bagus tuh Ketua....sangat strategis kali tuh citizen journalism....kberadaannyasbgai brita yg benar2 membela kepentinga masyrakat tnpa ada kepntingan pemilik modal spti media konvensional..apalagi skrg dgn kemajuan tehnolgi sdh gampang untuk mempublishnya.....”
Terlihat begitu penting dan strategisnya peran media massa untuk bisa membangkitkan resiliensi masyarakat pada saat terjadi bencana. Hal ini seperti pengalaman sahabat saya yang juga ikut terlibat program pasca tsunami Jepang.
"Fetty Zachra Setuju, Beng. Seandainya media kita bisa meniru jepang saat pemberitaan bencana, terutama pas tsunami kemarin. Bukan ratap tangis yang menjadi fokus, namun sikap tegar, ketangguhan dan semangat untuk survive yang perlu diperlihatkan. Duhhh.....Indonesia ini, pengalaman kena bencana sudah nggak terhitung banyaknya, tapi cara peliputan media masih belum menunjukkan perubahan positif yg signikan.....(sigh...)"
Tulisan ini tidak bermaksud untuk menghakimi siapapun…ini merupakan curahan hati dan refleksi bagi kita semua. Terima kasih buat kawan2 dan sahabat2ku atas diskusinya....I lOve u fullllllll....;)
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar